Minggu, 09 September 2007

Sejarah 'air' (Bagian 5)

Aku mengenal nasyid sejak duduk di Sekolah Dasar. Kakak sulungku yang kuliah di Solo pada waktu itu apabila pulang ke rumah seringkali membawa kaset-kaset Nasyid. Kedengarannya aneh ketika pertama kali aku memutarnya.
Pada waktu itu kakakku membawakan kaset The Zikr, grup nasyid dari negeri Jiran. Hanya suara orang menyanyi diiringi oleh genderang yang terkesan sepi. Ternyata lama-lama aku menjadi suka dengan iramanya. Bahkan tidak lama kemudian hafal dengan syairnya.
Beberapa tahun kemudian, kakakku yang kuliah di Jogja membawa kaset Nuansa dan Snada. Aku merasa lebih aneh lagi, karena lagu yang dinyanyikan tanpa diiringi alat musik sama sekali. Tapi Entah kenapa, lagi-lagi aku menjadi suka dengan lagu-lagu tersebut. Padahal tadinya aku ngomel-ngomel ketika kakakku memutar kaset itu.
Aku semakin bisa menerima Nasyid. Bahkan ketika kakakku pulang, tidak segan-segan aku menanyakan apakah dia membawa kaset nasyid atau tidak. Tidak berselang lama, untuk pertama kalinya kakakku pulang membawa kaset nasyid yang diiringi alat musik modern. Teman sejati. Ya, lagu dari Brother inilah yang mengilhamiku untuk berlatih suara dua. Bahkan aku tidak ragu-ragu menerima tawaran anak Rohis di SMA untuk membentuk tim Nasyid, dengan bermodalkan kemampuan ‘suara-dua’ pada lagu ini. Akhirnya, aku menjadi salah satu personil tim nasyid di SMA pada waktu itu.
Pertamakali bergabung dengan UKKI UNY, aku ditarik menjadi pengurus bidang Seni Budaya Islam. Nah, salah satu program kerja bidang ini adalah Sanggar Kreatifitas Seni Islami, yang kemudian disingkat SAKSI. Sebenarnya yang dimaksud ‘seni Islami’ tidak sekedar nasyid. Namun karena keterbatasan SDM pada waktu itu, maka Bidang SBI hanya fokus pada kegiatan pelatihan nasyid.
Untuk membentuk sebuah tim nasyid bukanlah hal yang mudah. Tidak sekedar semangat untuk bernyanyi, tetapi juga kemampuan olah vokal dari para penyanyi yang bersangkutan. Tidak mungkin seseorang akan terhibur sementara suara sang penyanyi sumbang sana-sini. Aku yang pernah menjadi tim nasyid di SMA berkesimpulan, bahwa seseorang yang memiliki kemampuan bernyanyi pun bahkan belum tentu siap jika harus menyanyikan lagu secara bersamaan dengan nada yang berbeda. Apalagi jika tidak menggunakan alat musik.
Seorang dosen dari Fakultas Bahasa dan Seni UNY, Ibu Kun Setyati, bersedia membantu UKKI dalam proses seleksi. Beliau menggali kemampuan calon munsyid satu persatu dari berbagai segi.
Pertama, peserta diminta menirukan suara nada yang dibunyikan dari keyboard. Ujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kepekaan calon munsyid terhadap nada. Bisa atau tidaknya seseorang dalam menirukan nada menjadi pertimbangan untuk meloloskannya menjadi personel tim nasyid UKKI. Kemampuan seperti ini kalau tidak salah dinamakan solfiego.
Kedua, peserta diminta menirukan irama keyboard dengan bertepuk tangan. Ujian ini berguna untuk mengetahui kemampuan peserta seleksi dalam mengatur dan mengendalikan tempo lagu.
Ketiga, Ibu Kun memainkan suatu rangkaian nada dengan keyboard, sedangkan peserta diminta untuk mencari suara duanya. Test ini berguna untuk mengetahui kemampuan peserta dalam improvisasi lagu. Dengan test ini, Ibu Kun juga akan tahu seberapa besar pengalaman seseorang dalam dunia tarik suara. Bila seseorang sebelumnya berpengalaman dalam berlatih vokal, misalnya pernah mengikuti paduan suara, maka ia tidak akan kesulitan dalam test ini.
Terakhir, peserta diminta untuk menyanyikan sebuah nasyid dengan suara terbagusnya. Tentu saja lewat test ini beliau ingin mengetahui seberapa bagus suara alaminya.
Seminggu setelah proses seleksi itu, muncul 6 nama yang berhak mendapatkan pelatihan nasyid yang difasilitasi oleh UKKI. Nama-nama itu sebagian besar sudah aku kenal, atau Paling tidak aku sudah tahu wajahnya. Mereka itu adalah :
Alfin
Aku tidak menyangka kalau anak ini ternyata mempunyai kemampuan vokal yang luar biasa. Aku bertemu dengannya pertama kali saat ada acara mabit di Masjid Mujahidin. Dia sebelumnya tidak pernah bercerita kalau sejak dulu adalah personel salah satu tim nasyid yang telah menjuarai berbagai perlombaan nasyid. Dari segi kemampuan vokal, aku jelas kalah jauh darinya. Nilai solfiegonya 9. Aku banyak belajar dari dia, karena pengalamannya memang lebih banyak dariku. Akhirnya Alfin menjadi pelatih kami yang kedua pada saat Ibu Kun tidak bisa hadir
Aku
Pada waktu seleksi aku adalah pengurus UKKI bidang Seni Budaya Islam. Oleh karenanya, saat itu aku merangkap sebagai panitia sekaligus peserta. Aku pun optimis bisa lolos seleksi karena apa yang diminta oleh Ibu Kun bisa kulakukan dengan baik.
Arif
Aku bertemu pertama kali dengannya pada waktu pertemuan pengurus perdana UKKI. Waktu itu sebenarnya Arif dimasukkan satu bidang denganku. Tapi entah kenapa Dia malah pindah di bidang Pengembangan Sumber Daya Ekonomi. Setelah pertemuan itu, aku tidak lagi bertemu dengannya hingga seleksi ini diadakan. Sama seperti Aku dan Alfin, Arif pernah menjadi personel tim nasyid di Sekolahnya.
Syahid
Syahid adalah pengurus UKKI bidang Pembinaan dan Kaderisasi. Walau sama-sama sebagai pengurus, aku jarang bertemu dengannya. Wajahnya sudah akrab di mataku sejak aku mengikuti kegiatan Studi Islam Dasar yang diselenggarakan oleh UKKI. Pada waktu itu Syahid sudah dipercaya menjadi panitia. Sebelum menjadi personel nasyid ini, kami tidak saling akrab.
Itok
Dari sekian orang yang lulus seleksi, hanya Itok yang asing di mataku. Ternyata dia bukan pengurus UKKI, tapi pengurus KMM (Keluarga Muslim Al Mustofa), salah Sub Kerohanian Islam yang berada di Fakultas Teknik. Selain KMM, SKI yang ada di UNY antara lain: HASKA di FMIPA, AR ROHMAN di FIS, Al HIDAYAH di FIK, KMIP di FIP, dan Al HUDA di FBS. Kegiatan yang dilakukan masing-masing SKI berorientasi Fakultas, sehingga wajar kalau aku tidak pernah bertemu dengan Itok sebelum ini.
Setyo
Nah, kalau yang ini aku pasti bertemu setiap minggu. Setyo adalah teman satu bidang denganku. Sebenarnya ia hanya menjadi cadangan. Lolos atau tidaknya menjadi tim nasyid masih dipertimbangkan. Ia pun kurang begitu suka dengan nasyid. Tetapi teman-teman dari bidang SBI bersikeras agar ‘kadernya’ bisa lolos menjadi tim nasyid. Akhirnya, Setyo resmi menjadi tim nasyid ini.
Dua bulan setelah seleksi, Tim Nasyid yang terbentuk harus sudah siap tampil pada acara Dislpaly UKM. Pada acara ini, setiap UKM diberikan kesempatan untuk unjuk kebolehan di hadapan mahasiswa baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, UKKI menampilkan haflah/atraksi yang diiringi dengan lantunan nasyid.
Setelah tampil pada acara itu, kami sering diminta mengisi acara-acara yang diselenggarakan UKKI. Permintaan untuk mengisi acara semakin banyak, termasuk dari luar kampus, setelah tim nasyid yang bernama ‘air’ ini mendapatkan kejuaraan lomba nasyid tingkat DIY & Jawa Tengah.
Kenapa bernama ‘air’? Ya, karena kami berharap mempunyai suara yang jernih, bisa menghilangkan ‘haus’, serta ‘mengalir’ sepanjang masa.
***
Jarkoni itu artinya bs ngajar ra bs nglakoni. btw, boleh curhat nggak?
Nadia mengirim pesan itu selepas shalat maghrib. Sore itu Nadia tidak jadi jalan bareng Tono. Ini adalah untuk ke-sekian kalinya Tono mengingkari janjinya. Tono adalah teman sekolah yang mengaku sebagai pacar Nadia. Nadia pun mengaku kalau dirinya juga pacar Tono. Begitulah, mereka berdua mengaku sebagai insan yang dilanda cinta. Namun setelah kejadian sore itu sepertinya Nadia berubah pikiran.
Nadia Tidak mempunyai teman curhat di rumahnya. Selama ini, Tono-lah yang menjadi tempanya mencurahkan isi hati. Sedangkan Sang ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya. Kesibukan itulah yang bahkan sampai membuat Ayah Nadia sering lupa dengan kebutuhan biologisnya.
Pesan baru muncul di HP Nadia
Boleh, mau curhat apa?
Nadia segera menuliskan uneg-unegnya.
Sudah lama aq jadian ama cwk. Awalnya sih km hapy2 saja. Tp akhr2 ini dia sprt g pduli ma aq. Aq dah sms ke dya minta diputs. Tp dya g pernh bls. Aq benci…benciiiiii!
Tidak lama menunggu, sms balasan segera datang
O, jadi slama ini Nadia punya pacar? Kakak punya solusi yang jitu dech. Tapi ini butuh persiapan! Mau?
Deg! Jantung Nadia terasa berdetak lebih kencang. Orang misterius itu menggunakan kata ‘kakak’ untuk menyebut dirinya. Nadia merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Ia tidak mempunyai kakak kandung. Ia hanya punya kakak sepupu, yang menurutnya tidak pernah memberikan perhatian padanya. Sementara orang misterius ini begitu perhatian dengan Nadia, walau hanya lewat SMS. Ia pun segera mengubah nama ‘????’ di phonebooknya menjadi ‘kakakku’.
Gmn solusinya kak?
Panggilan ‘gaul’ dari Nadia pun sudah tidak ada lagi. Orang misterius itu kini merasa lebih nyaman dengan panggilan ‘kak’ dari Nadia. Ia segera memberikan pesan balasan.
Kalau Nadia pake Jilbab, dijamin deh tuh cowok g bakal deketin Nadia lagi.
Kali ini detak jantung Nadia lebih kencang lagi dari sebelumnya. Ia menoleh ke arah cermin yang ada di dekatnya. Wajahnya yang putih terlihat semakin cantik dengan gaya rambut yang hitam terurai. Tidak pernah terbesit keinginan di benaknya untuk memakai jilbab. Menurut Nadia, kecantikannya itu tidak akan tampak kalau dia memakai jilbab.
Nadia teringat dengan kehidupnya sendiri. Dia bukanlah wanita yang solehah. Sholatnya saja masih bolong-bolong, tidak pernah ikut ngaji, bahkan ia terkenal sebagai cewek badung di kelasnya. Ia merasa tidak layak untuk memakai jilbab.

AWAS, AIDS!
Nadia pernah membuat tulisan seperti itu pada selembar kertas. Kemudian dengan doubletip, ia menempelkan kertas itu di punggung salah seorang teman laki-lakinya beberapa saat sebelum istirahat.
Ketika bel istirahat berbunyi, teman yang jadi ‘korban’ itu segera keluar ke kantin dengan membawa ‘aksesoris’ buatan Nadia tanpa menyadarinya. Gemuruh tawa selalu ada di belakangnya setiap kali anak itu melangkahkan kaki. Ia tidak menyadari kalau tawa itu ditujukan untuk dirinya, hingga ada siswa lain yang merasa kasihan dengannya, lalu memberi tahu hal itu. Tidak ada yang menyangka kalau itu adalah ulah seorang gadis.
Nadia juga pernah meletakkan kapur di kursi guru yang berlubang. Kapur itu tidak terlalu terlihat, sehingga guru tidak menyadari keberadaannya. Jika orang yang duduk dikursi itu bergeser dalam posisi duduk, maka ujung kapur akan mengenai kain yang dikenakannya. Hasilnya, sebuah lukisan kapur ‘alami’ menghiasi—maaf, pantat sang guru. Gelak tawa pun tersisa ketika guru itu meninggalkan ruang kelas.

Seandainya kakak tahu diriq yg sbenarny. Aq terkenl suka bikin onar di kls. Suka bikin gaduh. Suka ganggu teman. Bahkn guru jg kukerjain. Kayaknya tidak mungkn kl aq pakai jilbab.
Agak lama kemudian, Pesan dari Nadia di balas oleh orang misterius itu.
Pernh dengar crita ttg Hindun Istrinya Abu Sofyan? Hindn adl want palng jaht pd ms hdpny! Ia jg terknl kejam krn pd wkt perang uhud ia tega memakn hati Hamzah paman Nabi. Tapi pd saat pembebasan kota Makkah Nabi mengmpuninya. Ia pun ikut berdakwah kepada kaum wanita. Hasilnya? jazrh Arb mjd negeri mslm.
Belum sempat Nadia menanggapi, SMS baru masuk ke HP Nadia
Kebrkn Nadia tidak seberp bl dibanding dengan Hindun pada ms itu. Tp Hindun bisa berubah. Kakak yakin, Nadia juga bs berubah. Entah kapan. Btw, knp sih dl Nadia pacarn?
Nadia tertegun untuk sesaat sebelum membalas SMS itu. Dalam hatinya dilingkupi pertanyaan. Kenapa orang misterius itu rela menghabiskan banyak pulsanya untuk memberinya nasehat? Apa untungnya? Lagi pula, kecil kemungkinan bagi Nadia untuk menuruti nasehat orang itu. Ngapain pake Jilbab. Kayak orang Arab saja.
Karna Nadia butuh kasih sayang!

Tidak ada komentar: